APEL PONCOKUSUMO
Kepala Desa (Kades) Poncokusumo Bambang Mulyono mengatakan, desanya itu mempunyai ketinggian 1.400 meter di atas permukaan air laut itu, memiliki luas lahan 686,8 hektare. "Dari luas itu, sebanyak 250 hektare untuk lahan apel, sedangkan 110 hektare lahan jeruk, dan 100 hektare lagi ditanarni tebu, selebihnya sayuran," ujarnya kepada Malang Post kemarin.

Dijelaskannya, hampir seluruh halaman rumah warga di Desa Pocokusumo ditanami pohon apel. Otomatis, mayoritas warganya bertani apel. Mereka mengandalkan potensi apel yang cukup melimpah.
"Selain bertani apel, masyarakat juga membuat aneka makanan dan minuman olahan dari buah apel," imbuhnya.
Selain dikenal sebagai sentra apel, Desa Poncokusumo juga kerap dikunjungi wisatawan untuk berwisata dan menikmati hawa segar. Dikatakan dia, warga Desa Poncokusumo memproklarnirkan desanya sebagai desa wisata agro petik apel pada 1990-an lalu. Selain berkunjung ke kebun apel dan memetik buahnya, mereka juga bisa membeli sari buah apel Poncokusumo. Saat ini juga sedang digalakkan olahan makanan dan minuman berbahan dasar apel dan keripik apel melalui Forum Komunikasi Petani Muda (FKPM) Poncokusumo.
Menurut dia, tanaman apel yang memenuhi lahan pertanian di Desa Poncokusumo ini bermula pada tahun 1960 yang dibawa oleh warga Belanda. Dan lambat laun para petani diberi bibit apel dan para petani Poncokusumo pun berhasil, hingga kini tetap dipertahankan, meskipun produktivitasnya mulai menurun.
"Saya ingin apel Poncokusumo jadi ikon dan terus ada,” harapnya. Untuk itu, kini masyarakat terus mempertahankan apel Poncokusumo. Supaya keberadaanya terus terjaga dan lahan apel yang ada tidak berkurang akibat alih fungsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar